|  | 
| Cerpen Ipau di Bandara Sepinggan | 
- Untuk
     pertama kalinya dalam cerpen yang dimuat di Majalah Bobo, saya memakai setting tempat kampung halaman saya
     yaitu Barabai. Barabai adalah sebuah kota kecil di provinsi Kalimantan
     Selatan. Ibukota dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Jaraknya dengan
     Banjarmasin kurleb 160 km. 
- Memakai
     Barabai sebagai setting tempat,
     tentu saja ada alasannya. Alasannya adalah 
     karena saya mengangkat tema tentang salah satu kuliner daerah di
     Kalimantan Selatan. Di Barabai, orang-orang sering menyebut ipau adalah
     pizza. Nah, saya tidak tau apakah di daerah lain juga disebut pizza. Kalau
     di Barabai sih iya. Jadi, amannya makai setting Barabai aja. 
|  | 
| Pizza Barabai alias ipau | 
- Saya
     kembali menjadikan kuliner sebagai tema cerpen kali ini :-) Kata orang,
     tulislah sesuatu dari yang kita sukai. Lah, saya doyannya makan. Jadi
     nulisnya tentang makanan mulu :p 
- Setting waktu
     untuk cerpen tersebut adalah Ramadan. Makanya saya dengan pedenya nulis
     subject "Cerpen Setting
     Ramadan". Targetnya dimuat di Ramadan tahun kemarin. Padahal
     ngirimnya 4 bulan sebelum Ramadan tahun kemarin. Kepedean mau dimuat dalam
     tempo 4 bulan saja. Tapi, Alhamdulillah banget bisa dimuat di Ramadan
     tahun ini. 
- Karena setting-nya Ramadan dan latar
     tempatnya adalah Barabai, maka saya menceritakan hal-hal yang terjadi di
     daerah saya saat Ramadan tiba. 
- Pasar
     wadai adalah salah satu hal yang saya ceritakan. Pasar resmi yang dibangun
     oleh pemerintah daerah itu memang dibangun selama sebulan saat Ramadan.
     Pada hari pertama Ramadan, pasar itu biasanya dibuka secara resmi oleh pejabat
     Pemda. Bisa Bupati atau yang mewakili. 
- Becak.
     Yup, saya mengambil moda transportasi yang di beberapa kota besar sudah
     langka. Ceritanya Rara dan sepupunya ke pasar wadai naik becak. Becak
     masih lumayan banyak ditemui di daerah saya. 
- Suara sirene
     dari mesjid saat berbuka juga saya sebutkan di cerpen. Saat menulis, saya ngebayangin
     rumah tokoh ceritanya di rumah saya atau rumah orang tua saya. Di mana, di
     rumah tersebut akan terdengar bedug dan kemudian Suara sirene yang
     menandakan waktu berbuka telah tiba. Setelahnya baru deh adzan maghrib. 
- Di
     cerpen, saya menyebut kalau atap di pasar wadai terbuat dari daun rumbia.
     Seingat saya begitu. Setelah saya cek ternyata atapnya dari kain terpal.
     Ahahaha... Maafkan akan kesalahan ini. #Sungkem
     #MumpungMasihSuasanaLebaran 
Itulah 9 hal tentang cerpen
tersebut. Cerpen itu dimuat di Majalah Bobo awal Ramadan kemarin. Pada Bobo No
10 yang terbit pada tanggal 16 Juni 2016 
 
Senang ya mba.. jadi selain mengangkat kuliner tradisional cerpeb itu juga menceritakan pasar dan tempat tinggal mba Yanti. Jadi terkenal dong pasarnya. Senang ya Mba bisa membuat karya yang bisa membanggakan tempat tinggal...
BalasHapusIya, Mbak Ira. Rasanya senang banget bisa mengangkat tentang kampung halaman sendiri dalam cerita :D
HapusMba keren sekali selalu ada ide segar terlebih untuk cerita anak. Semoga sukses selalu y mba ^^
BalasHapusAlhamdulillah, Mbak. Belum keren ah saya. Sukses juga buat mb Herva :-)
HapusBaca cerpen pun jd nambah pengetahuan ya mbak.... btw, pizzanya keliatan tebel
BalasHapusMaaf lahir batin
Lebih mirip lasagna padahal drpd pizza, Mbak :D
HapusWuih, hebat ya? Cerpennya sering nembus media cetak. :)
BalasHapus